Nurse Care A
Senin, 12 November 2012
Sabtu, 10 November 2012
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI DENGAR
HALUSINASI DENGAR
1. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi dengar
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah
terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan
Wiliam, 1980).
Halusinasi
dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya
stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).
B. Tanda dan gejala
Prilaku pasien yang teramati
adalah sebagai berikut
1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti
mencari siapa atau apa yang sedang
berbicara.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang
lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok
dll.
3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan
seseorang yang tidak tampak.
4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara
atau sedang menjawab suara.
C. Penyebab :
Isolasi sosial menarik diri
1.
Pengertian
Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dan orang lain yang
di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang.
2.
Penyebab
a. Perkembangan
Sentuhan,perhatian,kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu
menyendiri, kemampuan berhubungan dengan klien tidak adekuat yang berakhir
dengan menarik diri.
b. Harga diri rendah
3.
Tanda dan gejala
Tanda gejala menarik diri dapat dilihat dari berbagai
aspek antara lain
a. Aspek fisik
1) Penampilan diri kurang.
2) Tidur kurang.
3) Keberanian kurang.
b. Aspek emosi
1)
Bicara tidak jelas.
2)
Merasa malu.
3)
Mudah panik.
c. Aspek sosial
1)
Duduk menyendiri
2)
Tampak melamun
3)
Tidak peduli lingkungan
4)
Menghindar dari orang lain
d. Aspek intelektual
1)
Merasa putus asa
2)
Kurang percaya diri
D. Akibat
Resiko mencederai orang lain
dan diri sendiri
1.
Pengertian
Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send,
1994)
2. Penyebab
a.
Halusinasi
b.
Delusi
3.Tanda
dan gejala
a.
Adanya peningkatan aktifitas motorik
b.
Perilaku aktif ataupun destruktif
c.
Agresif
III. POHON MASALAH
|
IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
A. Data Obyektif .
Apakah klien terdapat tanda dan gejala
seperti di bawah ini
1)
Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa
atau apa yang sedang berbicara
2)
Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain
yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll
3)
Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau
sedang menjawab suara
4)
Tidur kurang/terganggu
5)
Penampilan diri kurang
6)
Keberanian kurang
7)
Bicara tidak jelas
8)
Merasa malu
9)
Mudah panik
10) Duduk
menyendiri.
11) Tampak
melamun.
12) Tidak
peduli lingkungan.
13) Menghindar
dari orang lain.
14) Adanya
peningkatan aktifitas motorik.
15) Perilaku
aktif ataupun destruktif.
B. Data Subyektif
Pasien mengatakan sering mendengar
suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar.
- Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berhubungan dengan adanya isolasi sosial : menarik diri.
VI. FOKUS INTERVENSI .
- Diagnosa 1 . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berhubungan dengan gangguan sensori : Halusinasi dengar .
TUM : Klien tidak menciderai orang lain .
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan kriteria hasil - Ekspresi wajah bersahabat.
-
Menunjukan rasa senang.
-
Ada
kontak mata atau mau jabat tangan.
-
Mau mrnyrbutkan nama.
-
Mau menyebut dan menjawab salam.
-
Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
-
Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi:
Bina
hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a.
Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non
verbal.
b.
Perkenalkan diri dengan sopan.
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien.
d.
Jelaskan tujuan pertemuan.
e.
Jujur dan menepati janji.
f.
Tunjukan sikap empati dan terima klien apa adanya.
g.
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan
dasar klien.
Rasionalisasi
: Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya.
TUK
:2. Klien dapat mengenal halusinasi dengan kriteria hasil:
a.
Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi
timbulnuya halusinasi.
b.
Klien dapat mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.
c.
Bantu klien mengenal halusinasinya.
1)
Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan
apa yang sedang terdengar.
2)
Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu
namun perawat sendiri tidak melihatnya.
3)
Katakan bahwa klien lain juga yang seperti klien.
4)
Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
d.
Diskusikan dengan klien
1)
Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi.
2)
Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
e.
Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi.
TUK
: 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil :
-
Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya.
-
Klien dapat menyebutkan cara baru.
-
Klien dapat memilih cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasi.
-
Klin dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi:
a.
Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jika
terjadi halusinasi.
Rasional:
merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi.
b.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian. Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri
klien.
c.
Diskusikan cara baru untuk mengontrol timbulnya
halusinasi.
1)
Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
2)
Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
3)
Melihat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi
tidak sempat muncul.
4)
Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jika
klien melamun.
Rasional:
memberi alternative pikiran bagi klien
d.
Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara
bertahap. Rasional: Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara pengendalian halusinasi.
e.
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
f.
Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
Rasional: Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi
realita klien.
TUK
: 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan
kriteria hasil:
-
Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan
perawat
-
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan
tindakan untuk mengendalikan halusinasi
Intervensi:
a.
Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang
halusinasi. Rasional: untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol
halusinasi.
b.
Diskusikan dengan keluarga tentang
1). Gejala halusinasi yang dialami klien.
2). Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarag untuk memutus
halusinasi.
3). Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
4). Beri informasi tentang kapan pasien memerluakn bantuan.
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi.
TUK:
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil :
-
Klien dan keluarga mampu menyebutkan manfaat, dosis dan
efek samping
-
Klien dapat menginformasikan manfaat dan efek samping
obat
-
Klien dapat memahami akibat pemakaina obat tanpa
konsultasi
-
Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.
Intervensi:
a.
Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
b.
Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
c.
Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat
obat dan efek samping obat yang dirasakan.
Rasional
; dengan mengetahui efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan
setelah minum obat.
d.
Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi.
Rasional:
Pengobatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
e.
Bantu klien menggunakan prinsip lama benar.
Rasional:
dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien tentang pengobatan dapat
ditingkatkan secara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric
Nursing & Contenporary Practice . I Edition . Lippincot . Philadelphia .
2. Carpenito , Lynda Juall. 1998.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC.
Jakarta .
3. Schultz dan Videback. 1998. Manual
Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition . Lippincott. Philadelphia .
4. Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC.
Jakarta .
5. Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3.
EGC.Jakarta .
6. Townsend . 1995. Nursing
Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction .
Edisi 3 . EGC. Jakarta .
LAPORAN PENDAHULUAN MENARIK DIRI
LAPORAN PENDAHULUAN
MENARIK DIRI
A. Kasus (Masalah
Utama)
Gangguan Interaksi sosial: Menarik diri
B. Pengertian.
Perilaku menarik diri merupakan percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain ( Rawlins,1993 ).
C. Proses Terjadinya
Masalah
1.
Penyebab :
a. Perkembangan : Sentuhan, perhatian,
kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan
berhubungan dengan orang lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
b.
Komunikasi dalam
keluarga : Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota
keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang
boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien enggan berkomunikasi dengan
orang lain.
c.
Sosial Budaya : Di kota besar, masing –
masing individu sibuk memperjaungkan hidup sehingga tidak waktu bersosialisasi.
Situasi ini mendukung perilaku menarik diri.
Pada mulanya klien merasa
dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan
orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan,
ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional
dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
Dunia merupakan alam yang
tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif
dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan
diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup
itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak
tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan
realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan
kenyataan.
Konflik antara kesuksesan
dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan
diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional
dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi
kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan
orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran
keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak.
Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
2.
Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek
:
a.
Aspek fisik :
Ø Makan dan minum kurang
Ø Tidur kurang atau terganggu
Ø Penampilan diri kurang
Ø Keberanian kurang
b.
Aspek emosi :
Ø Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak
kecil
Ø Merasa malu, bersalah
Ø Mudah panik dan tiba-tiba marah
c.
Aspek sosial
Ø Duduk menyendiri
Ø Selalu tunduk
Ø Tampak melamun
Ø Tidak peduli lingkungan
Ø Menghindar dari orang lain
Ø Tergantung dari orang lain
d.
Aspek intelektual
Ø Putus asa
Ø Merasa sendiri, tidak ada sokongan
Ø Kurang percaya diri
D. Pohon masalah
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi .....
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
E. Masalah keperawatan
dan data yang perlu dikaji
1.
Masalah
Keperawatan.
a.
Resiko perubahanm
persepsi sensori: halusinasi……..
b.
Isolasi sosial :
menarik diri
c.
Gangguan konseps
diri: harga diri rendah
2.
Data yang perlu di
kaji.
a.
Resiko perubahanm
persepsi sensori: halusinasi……..
1)
Data Subjektif
a)
Klien
mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
b)
Klien
mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c)
Klien
mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d) Klien
merasa makan sesuatu
e) Klien
merasa ada sesuatu pada kulitnya
f)
Klien
takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g)
Klien
ingin memukul/melempar barang-barang
2) Data
Objektif
a) Klien
berbicar dan tertawa sendiri
b)
Klien
bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c)
Klien
berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d) Disorientasi
b.
Isolasi sosial :
menarik diri
1)
Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul,
menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk),
menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.
2)
Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak
komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
c.
Gangguan konseps
diri: harga diri rendah
1)
Data obyektif:
Klien
tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri.
2)
Data subyektif:
Klien mengatakan : saya tidak bisa,
tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa – apa, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri.
F. Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko perubahan
persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.
2.
Isolasi sosial:
menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
G. RENCANA TINDAKAN.
Diagnosa Keperawatan 1: Resiko perubahan
persepsi sensori: halusinasi……. Berhubungan dengan menarik diri
1.
Tujuan umum:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi ….
2.
Tujuan khusus:
a.
Klien dapat membina
hubungan saling percaya
Tindakan:
ٱ
Bina hubungan
saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tuiuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan
jelas tentang topik, tempat, waktu.
ٱ
Beri perhatian dan penghargaan: temani
kilen walau tidak menjawab
ٱ
Dengarkan dengan
empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu‑buru, tunjukkan bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.
b.
Klien dapat
menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
ٱ
Bicarakan penyebab
tidak mau bergaul dengan orang lain.
ٱ
Diskusikan akibat
yang dirasakan dari menarik diri.
c.
Klien dapat
menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
ٱ
Diskusikan
keuntungan bergaul dengan orang lain.
ٱ
Bantu
mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
d.
Klien dapat
melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien‑perawat, klien‑perawat‑klien
lain, perawat-klien‑kelompok, klien‑keluarga.
Tindakan:
ٱ
Lakukan interaksi
sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat yang sama.
ٱ
Motivasi temani
klien untuk berkenalan dengan orang lain
ٱ
Tingkatkan
interaksi secara bertahap
ٱ
Libatkan dalam
terapi aktivitas kelompok sosialisasi
ٱ
Bantu melaksanakan
aktivitas setiap hari dengan interaksi
ٱ
Fasilitasi hubungan
kilen dengan keluarga secara terapeutik
e.
Klien dapat
mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
Tindakan:
ٱ
Diskusi dengan
klien setiap selesai interaksi / kegiatan
ٱ
Beri pujian atas
keberhasilan klien
f.
Klien mendapat dukungan
keluarga
Tindakan:
ٱ
Beri pendidikan
kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga
ٱ
Beri reinforcement
positif atas keterlibatan
keluarga.
Diagnosa 2: Isolasi sosial: menarik diri
berhubungan dengan harga diri rendah
1. Tujuan umum :
Klien
dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Tindakan :
1)
Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
ٱ
Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
ٱ
Setiap
bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
ٱ
Utamakan memberi pujian yang realistik.
b. Klien dapat menilai kemampun yang
dimiliki
Tindakan :
ٱ
Diskusikan
dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
ٱ
Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
c. Klien dapat (menetapkan) merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampun yang dimiliki
Tindakan :
ٱ
Rencanakan
bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
ٱ
Tingkatkan
kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
ٱ
Beri
contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
d. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan :
ٱ
Beri
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
ٱ
Beri
pujian atas keberhasilan klien
ٱ
Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
e. Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada
Tindakan :
ٱ
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
ٱ
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
ٱ
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman
asuhan keperawatan jiwa. Semarang
: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric
nursing : contemporary practice. Philadelphia
: Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses
kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta
: EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Stuart, G.W and
Sundeen. Principle and practice of
psychiatric nursing. 5thed.
Stuart. G.W and
Laraia. Principle and practice of
psychiatric nursing.7thed. St
Louis Mosby Year Book. 2001
Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi
ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta.
EGC. Jakarta1998.
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung . 2000
Langganan:
Postingan (Atom)